Minggu, 01 September 2013

Abi Thantawi Jauhar

Abi Thantawi Jauhar
(1955 - 2012 M)
Pimpinan Dayah Baitusshabri Lam Ateuk Aceh Besar
Riwayat hidup
Berdasarkan keterangan pada Kartu Tanda Penduduk beliau, Abi Thantawi tercatat lahir di Sawang Aceh Selatan pada tanggal 1 Juli 1955. Pada masa kanak-kanaknya, sebagaimana biasanya anak Aceh, beliau belajar al-Qur’an dan dasar-dasar akidah pada ulama yang ada di kampung beliau, disamping mengikuti pendidikan dasar umum di rumah sekolah. Menginjak remaja, beliau memasuki pesantren/dayah Darussalam Labuhanhaji yang letaknya berselang hanya beberapa kecamatan dari kecamatan kelahiran orangtua dan keluarganya. Tidak lama di sini (tidak sampai satu tahun), beliau masuk dayah Darul Mu’arrif Lam Ateuk Aceh Besar dibawah pimpinan Abu Ahmad Perti seorang ulama terkenal di Aceh. Di dayah ini beliau belajar ilmu agama dalam berbagai disiplin ilmu, seperti bahasa Arab, balagah, ushul fiqh, fiqih, tauhid, tasauf dan sebagainya. Setelah lama beliau di sini, beliau dipercaya menjadi guru sekaligus menjadi wakil pimpinan dayah dengan mengajar berbagai disiplin ilmu agama seperti kitab Ghayatul Wushul dalam bidang ushul fiqh, al-Syarah al-Mahalli dalam bidang fiqih, Syarah al-Jauhar al-Maknun dalam bidang balaghah dan lain-lain.
Setelah guru beliau almarhum Abu Ahmad Perti berpulang kerahmatullah pada tahun 2000 M, Abi Thantawi dipercaya sebagai pimpinan dayah Darul Mu’arrif menggantikan kedudukan gurunya. Namun jabatan ini hanya sekitar dua tahun lebih, karena beliau harus memimpin dayah beliau sendiri, Dayah Baitusshabri (dayah ini berjalan sebagaimana mestinya sekitar tahun 2005 M), yang beliau kelola sampai akhir hayatnya, yang letaknya masih satu kecamatan dengan dayah Darul Mu’arrif .
Tentang Pesantren

Pesantren Baitussabri berdiri pada tanggal 25 Mei 2005 yang beralamat di Jalan Blang Bintang Lama Km. 8,5 Depan Unaya Desa Lambro Dayah Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, di dirikan oleh tokoh-tokoh masyarakat dan seluruh kepala desa kemukiman ateuk guna mendukung pelaksanaan syari’at islam dan mendidik generasi muda calon pemimpin masa depan juga untuk pemamfaatan kembali mesjid lama/mesjid tuha yang tidak di pakai lagi untuk shalat jum’at oleh masyarakat, berdiri di atas tanah seluas 3 hektare yang di sebagian adalah tanah wakaf masyarakat.