Sabtu, 25 Mei 2013

Biografi Abon Samalanga | Syeikh Abdul Aziz Samalanga

Biografi Abon Samalanga | Syeikh Abdul Aziz Samalanga - Pada kesempatan ini kita akan mengenal sosok yang sangat berpengaruh bagi perkembangan pesantren/dayah MUDI mesra Samalanga. Sosok ini tidak lain tidak bukan melain ABON samalanga yang merupakan murid kesayangan dari seorang mujaddid yaitu Hadhratu Syeikh Abuya Muda Waly Al-Khalidy. Bukan hanya berpengaruh bagi Mudi Mesjid raya, akan tetapi beliau adalah seorang ulama besar yang begitu penting bagi perkembangan Islam di Aceh. Mari kita telusuri lebih jauh tentang kehidupan beliau.

Syeikh Abdul Aziz Samalanga

Biografi Abon Samalanga

Nama asli beliau adalah Syeikh. H. Abdul Aziz bin Muhammad Shaleh, beliau lebih akhrab disapa Abon `Aziz Samalanga atau Abon Mesjid Raya Samalanga. Beliau lahir di Desa Kandang Samalanga Kabupaten Aceh Utara (Kabupaten Bireuen sekarang ini), pada bulan Ramadhan tahun 1351 H/1930 M. Abon menikah dengan seorang putri dari Syeikh Abi Hanafiah, gurunya (Pimpinan Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga) pada waktu itu. Dari pernikahannya dengan putri gurunya itu, Abon dikaruniai 4 orang anak, yaitu Alm. Hj. Suwaibah, Hj. Shalihah, Tgk H. Athaillah, dan Hj. Masyitah. Abon Aziz dipanggil kehadhirat-Nya pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1409/17 Januari 1989 dengan usia 58 tahun. Jenazahnya dikebumikan di komplek putra dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga Kabuapten Bireuen.

Pendidikan Syeikh Abdul Aziz Samalanga

Abon mulai belajar pada pendidikan formal pada tahun 1937, Abon memasuki Sekolah Rakyat (SR) dan menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1944. Dari tahun 1944 beliau belajar pada orang tuanya selama 2 tahun, kebetulan ayahandanya merupakan salah seorang pendiri Dayah Darul `Atiq Jeunieb sehingga Abon dari masa kecilnya sudah mulai belajar ilmu pendidikan agama di Dayah tersebut. Pada tahun 1946 beliau pindah belajar ke Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga yang pada waktu itu dipimpin oleh Tgk. H. Hanafiah (Teungku Abi) lebih kurang selama 2 tahun.

Pada tahun 1948 Abon melanjutkan pendidikannya ke salah satu dayah yang dipimpin oleh teungku Ben (teungku Tanjongan) di Matangkuli Kabupaten Aceh Utara. Di dayah ini Abon belajar pada Teungku Idris Tanjongan sampai dengan tahun 1949, dan pada tahun tersebut beliau kembali lagi ke Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga untuk mengabdikan diri menjadi guru di dayah tersebut. Setelah beliau mengabdi menjadi guru beberapa tahun, pada tahun 1951 Abon melanjutkan pendidikannya ke Dayah Darussalam Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan yang dipimpin oleh Almarhum Teungku Syeikh Muhammad Waly Al-Khalidi yang lebih dikenal dengan panggilan Abuya Mudawali. Abon belajar di Dayah Darussalam lebih kurang tujuh tahun.

Selama di Darsussalam beliau belajar dengan tekun, pernah di ceritakan oleh Tgk. Muhammad Amin Tanjongan (abon tanjongan) yang merupakan murid Abon yang juga belajar di Labuhan Haji, bahwa pada saat muthala`ah beliau membuka segala kitab yang berkenaan dengan pelajaran yang sedang beliau pelajari, sehingga kamar beliau terlihat berserakan dengan kitab.

Pada tahun 1958 Abon kembali lagi ke Dayah LPI MUDI Mesjid Raya samalanga untuk mengembangkan ilmunya. Pada tahun tersebut pimpinan Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga meninggal dunia, sehingga Abon diangkat menjadi pimpinan dayah tersebut. Semenjak dayah LPI MUDI Mesjid Raya berada di bawah kepemimpinannya, banyak perubahan terjadi, terutama menyangkut tentang kurikulum pendidikan yang semula tidak terlalu fokus pada ilmu-ilmu alat (bantu) seperti ilmu manthiq, ushul al-fiqh, bayan, ma‘ani, dan lain-lain.

Keahlian Abon yang sangat menonjol adalah dalam bidang ilmu manthiq, sehingga Abon digelar dengan al-Manthiqi. Bahkan kepiawan Abon dalam penguasaan ilmu agama di akui oleh Syeikh Arsyad Lubis. Pernah Abuya Jamaluddin Waly menceritakan, pada suatu hari Syekh Arsyad Lubis dari Medan menemui Abon, beliau sangat kagum mendengar uraian kitab yang disampaikan oleh Abon. Syekh Arsyad Lubis bertanya kepada Abon "Apakah sudah habiskah ilmu yang dimiliki oleh Syekh Muda Waly diajarkan kepada Abon’’. Abon menjawab bahwa ilmu Abon belumlah 10 % dari ilmu yang dimiliki oleh Syekh Muda Waly.

Abon sangat disiplin dan memiliki semangat luar biasa dalam mengajar, sehingga dalam keadaan beliau sakit pun beliau tetap antusias mengajar. Dalam bulan Ramadhan dimana sebagian besar santri pulang kampung halaman dan sebagian besar pengajian di dayah di Aceh diliburkan, Abon masih mengajar santri-santrinya yang masih menetap di Dayah tidak pulang kekampung halaman. Beliau tidak membacakan kitab kitab yang besar, tetapi hanya kitab yang kecil yaitu kitab Awamel, sebuah kitab nahu yang lazimnya dipelajari oleh para santri pemula. Dalam membacakan kitab ini beliau menjelaskan penjelasan beringkat, mulai dari pembahasan yang rendah yang mampu di pahami oleh santri kelas rendah kemudian di lanjutkan dengan pemahaman yang lebih tinggi untuk santri kelas tinggi dan para dewan guru Maka tidak heran jika dalam nasehatnya, beliau selalu mengamanatkan kepada murid-muridnya untuk selalu belajar-mengajar (beut-seumubeut). Dalam pengajarannya, Abon sangat membenci faham Wahabiyyah sehingga beliau tidak pernah bosan dalam mengurai kesesatan faham tersebut. Bahkan hampir setiap hari Abon menyinggung tentang kesesatan faham tersebut.

Kemajuan dayah pada masa kepemimpinan Abon meningkat pesat, jumlah santri dari jumlah ratusan menjadi ribuan, bangunan fisik dayah pun juga berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang terus maju. Selain dari aktifitas Abon di dayah, Abon juga membuka pengajian mingguan di Jeunieb yang dikenal dengan Balee Hameh, karena pengajian diadakan seminggu sekali pada hari Kamis.

Disamping aktifitas dakwah melalui majelis pengajian, Abon juga ikut dalam pembangunan fisik, seperti membangun jalan menuju perkebunan di Desa Gle Mendong Samalanga, dan menggarap sawah yang telah terlantar bertahun-tahun. Bersama-sama dengan murid-muridnya serta dibantu oleh masyarakat sekitar, Abon menata kembali perkebunan dan persawahan telantar, semua beliau lakukan demi hidupnya perekonomian masyarakat.

Dalam dunia perpolitikan, Abon pernah memberi dukungan kepada partai PERTI. Abon memilih partai tersebut karena partai ini berlatarbelakang faham ahlussunnah waljama‘ah.

Dari semua aktifitas Abon, tidak ada yang lebih utama bagi beliau selain mengajar. Alokasi waktu untuk kegiatan ekonomi atau politik diatur dalam skedul yang tidak mengganggu jadwal mengajar. Kristalisasi dari sikap inilah yang mendasari beliau untuk selalu berpesan kepada murid-muridnya agar selalu mengutamakan belajar-mengajar (beut-seumubeut), di mana pun dan dalam kondisi bagaimana pun sepulang dari dayah nantinya, walau hanya bermodal sebuah balai di depan rumah dan hanya mampu mengajarkan cara membaca al-quran saja.

Pesan tersebut telah menjadi doktrin yang menjiwai pemikiran murid-murid beliau. Kiranya inilah misi utama beliau yang sekarang telah nyata hasilnya. Terbukti dari banyak dayah dan balai pengajian di sebagian besar wilayah Aceh, merupakan lembaga yang dipimpin oleh alumni Dayah LPI MUDI Mesjid Raya. Dari seluruh murid Syeikh Abuya Muda Waly al-Khalidy, Abon Abdul Aziz merupakan ulama yang paling banyak melahirkan penerus. Beliau berhasil mendidik kader ulama melebihi dari murid-murid Abuya yang lain.

Selain pesan untuk selalu beut seumebeut (belajar mengajar) dalam hal mencari nafakah Abon juga selalu menekankan murid-murid beliau supaya bekerja dan memiliki usaha jangan hanya berpangku tangan mengharap bantuan dan sedekah orang lain yang Abon istilah dengan kata beliau “leubee lam aree”.

Selain itu, Abon juga memiliki firasat yang tajam dan kuat. Ini merupakan salah satu karamah beliau. Beberapa perkataan beliau terbukti kebenarannya. Beberapa kisah ketajaman firasat Abon yang kami dengar antara lain:
  1. Diceritakan oleh Abu Mudi, pada suatu hari datang dua santri baru di dayah Mudi. Pada saat menghadap Abon, salah seorang dari santri baru tersebut dipandang oleh Abon dengan cukup lama, setelah ke dua santri tersebut keluar, Abu Mudi yang menyaksikan hal tersebut bertanya kepada Abon, mengapa Abon berlaku demikian, Abon menjawab “esok hari ia akan pergi meninggalkan dayah”. Abu Mudi pun bertanya :”Bagaimana dengan santri yang satu lagi?” Abon menjawab bahwa ia akan bertahan did ayah selama beberapa saat. Esok harinya hal ini terbukti, santri yang dipandang oleh Abon tersebut langsung hengkang dari dayah, sedangkan yang satu lagi tetap bertahan sampai beberapa tahun.
  2. Abon pernah ditanyakan oleh salah satu murid mengapa Abon tidak membentuk ikatan alumni sebagaimana dilakukan oleh Abu Tepin Raya pada Dayah beliau, Darus Sa`adah. Abon menjawab: itu tidak perlu saya pikirkan, suatu saat akan dipikirkan oleh mereka sendiri. Hal ini terbukti, saat ini alumni Mudi telah memiliki satu ikatan organisasi yang tergabung dalam Yayasan al-Aziziyah.
  3. Abu Mudi menceritakan, Pada awalnya waled Nu (Tgk.Nuruz Zahri, pimpinan pesantren Nurul Aiman, Samalanga) hanya mendirikan panti asuhan bukan sebuah dayah. Pada suatu ketika Abon mengatakan bahwa "nyak Nu (waled Nu) suatu saat akan mendirikan Dayah." Hal ini terbukti bahwa sekarang ini panti asuhan yang dikelola Waled Nu telah berkembang menjadi satu dayah yang besar yang terletak tidak jauh dari Dayah Mudi Mesra.
Dalam hal mendidik muridnya, Abon juga mencoba mental murid-murid beliau. Hal ini semua bertujuan untuk tazkiyah hati murid. Seperti yang oleh Abu Mudi, pada suatu hari Abu Mudi sudah siap dengan pakaian yang rapi ingin menuju ke pasar Samalanga, tiba-tiba beliau dipanggil oleh Abon, setelah sampai didepan Abon, beliau mengajak Abu Mudi menuju kesawah tanpa menunggu Abu Mudi mengganti pakain. Akhirnya Abu Mudi ikut bersama Abon menuju sawah dengan pakaian yang rapi. Sampai disawah, Abon menyuruh kepada Abu Mudi untuk memperbaiki pematang sawah. Abu Mudi segera melakukannya, sedangkan Abon memperhatikan bagaimana pekerjaan Abu Mudi. Setelah selesai barulah Abon mengatakan bahwa hasil kerja Abu Mudi salah, sehingga Abu Mudi harus memulainya dari pertama lagi. Rupanya Abon sengaja tidak menegur kesalahan Abu Mudi dari awal Karena ingin mencoba Abu Mudi. Contoh yang lain adalah sikap Abon terhadap murid yang bersifat bakhil dan kikir. Abon akan mengujinya dengan cara meminta pinjam milik murid tersebut, pernah suatau saat salah seorang murid Mudi yang dikenal kikir dan memilki sebuah sepeda baru, maka Abon langsung meminjam sepeda tersebut.
Makam Abon Samalanga | Syeikh Abdul Aziz Samalanga
Abon berpulang ke hadharat-Nya pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1409/17 Januari 1989 dalam usia 58. Beliau dikebumikan di Samalanga, di komplek putra Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga Kabuapten Bireuen. Semoga Allah memberi pengampunan kepada beliau, menempatkan beliau dalam satu kebun daripada kebun syurga sesuai dengan amal baik yang telah beliau lakukan. Amiin!

Sebagai tambahan, silakan click di Syaikh Abdul Aziz bin Shaleh (Abon Samalanga)

Ref:
- http://islamiccenterr.blogspot.com/
- http://iwanms.blogspot.com/2012/07/abon-aziz-samalanga-1930-1989.html